Senin, 30 November 2009

Kebenaran ilmu Geologi dalam Al-Qur'an

alam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Qur'an, 27:88)

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi. Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut: Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil.

Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.

Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapis.

"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al Qur'an, 2:29)

"Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." (Al Qur'an, 41:11-12)

Kata "langit", yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al Qur’an, digunakan untuk mengacu pada "langit" bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.

Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER. . TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER. .
(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)

Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam ayat tersebut.

1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer

Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12, "… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya.

Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:

Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfir. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada troposfir.
(http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosphere/beginner/layers-01.html)

Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu.

Pembentukan Fosil


PEMBENTUKAN FOSÄ°L

Seekor tabuhan berumur 28 hingga 54
juta tahun, terawetkan dalam damar.

Capung yang terperangkap dalam lumpur ini mungkin suatu hari akan membatu dan sampai kepada generasi mendatang sebagai
petunjuk bahwa evolusi tidak pernah terjadi.

Setelah kematian suatu mahluk hidup, sebuah fosil akan muncul lewat pengawetan bagian-bagian keras yang tersisa, seperti tulang, gigi, cangkang, atau kuku. Fosil secara umum dianggap sebagai bagian satu tumbuhan atau binatang dalam keadaan membatu. Akan tetapi, fosil tidak muncul hanya lewat pembatuan. Sebagian selamat hingga hari ini tanpa cacat atau pembusukan struktur tubuh, seperti mamot yang membeku di dalam es atau serangga serta spesies reptil dan invertebrata kecil yang terawetkan dalam damar.

Ketika mahluk hidup mati, jaringan-jaringan lunak yang membentuk otot-otot dan organ-organnya segera mulai membusuk karena pengaruh bakteri dan keadaan lingkungan. (Pada kejadian yang sangat jarang, seperti suhu dingin di bawah titik beku air atau panas kering gurun pasir, pembusukan tidak terjadi. ) Bagian-bagian organisme yang lebih tahan, biasanya yang mengandung mineral seperti tulang dan gigi, dapat bertahan untuk masa yang lebih lama, memungkinkan bagian-bagian itu untuk mengalami beraneka proses fisika dan kimia. Proses-proses itu membuat pemfosilan terjadi. Karena itu, sebagian besar bagian tubuh yang memfosil adalah tulang dan gigi vertebrata, cangkang brakiopoda dan moluska, rangka luar krustasea tertentu dan trilobit, garis luar organisme mirip karang, dan spons serta bagian-bagian berkayu tetumbuhan.


1. Karang: hewan laut berkapur yang membentuk karang.
2. Radiolaria: sejenis plankton renik yang memiliki rangka
silika.
3. Moluska dua cangkang kapur. Dalam fosil, organ-organ keras seperti ini mungkin terawetkan sempurna.
4. Graptolit: Fosil dengan rangka organis yang umumnya
meninggalkan jejak dalam batu serpih hitam. Mahluk-mahluk ini hidup dalam kelompok.
5. Gigi hiu: Tulang dan gigi terdiri atas umumnya fosfor, yang membuatnya lebih awet dibandingkan dengan by organ berjaringan lunak.
6. Fosil jejak: Fosil-fosil yang terbentuk oleh jejakjejak yang tampak pada endapan.
7. Amonit: Satu spesimen yang cangkangnya telah digantikan oleh pirit besi dan terawetkan.
8. Pohon membatu: Seiring waktu, sel-sel kayu pohon digantikan oleh silika dan membatu.
9. Damar: Organisme-organisme kecil terawetkan dalam getah.
10. Daun terkarbonkan: Tetumbuhan beralihrupa menjadi serat-serat karbon.

Keadaan sekeliling dan lingkungan organisme juga berperan penting dalam pembentukan fosil. Orang dapat meramalkan apakah pemfosilan akan terjadi atau tidak atas dasar lingkungan organisme. Misalnya, menurut pembentukan fosil, lingkungan bawah air lebih menguntungkan daripada tanah kering.

Fosil ikan berumur 50 juta tahun ini adalah petunjuk bahwa ikan selalu tetap ada sebagai ikan.

Agas berumur antara 15 dan 20 juta tahun ini terawetkan dalam damar.

Proses pemfosilan yang paling umum dan luas disebut permineralisasi atau mineralisasi. Selama proses ini, organisme digantikan oleh mineral-mineral dalam cairan di tanah tempat tubuhnya terendam. Selama proses mineralisasi, tahap-tahap berikut ini berlangsung:

Pertama, setelah diselimuti tanah, lumpur, atau pasir, tubuh organisme mati itu perlu segera dilindungi dari sentuhan udara. Selama bulan-bulan berikutnya, lapisan-lapisan baru endapan ditimbunkan ke sisa-sisa tubuh yang terkubur. Lapisan-lapisan ini bertindak sebagai tameng penebal, melindungi tubuh si binatang dari anasir-anasir luar dan pelapukan fisik. Kian banyak lapisan terbentuk, yang satu menutupi yang lainnya; dan dalam beberapa ratus tahun, sisa-sisa binatang terbaring beberapa meter di bawah permukaan tanah atau dasar danau. Sambil waktu terus berlalu, struktur-struktur seperti tulang, cangkang, sisik atau tulang rawan pelan-pelan mulai mengalami penguraian kimia. Air bawah tanah mulai menembus struktur-struktur itu dan mineral-mineral terlarut yang terkandung dalam air-kalsit, pirit, silika, dan besi, yang jauh lebih tahan erosi dan penguraian kimia-perlahan-lahan mulai menggantikan zat-zat kimia dalam jaringan. Maka, selama jutaan tahun, mineral-mineral ini memunculkan salinan batu yang persis dengan menggantikan jaringan tubuh organisme. Akhirnya, fosil pun memiliki bentuk dan tampak luar yang sama dengan organisme aslinya, walau kini telah beralih menjadi batu.

Kadang-kadang, organisme-organisme rapuh juga membatu dalam keadaan-keadaan luar biasa. Dalam foto adalah bintang laut dari Zaman Jura (206 hingga 144 juta tahun silam). Tidak ada perbedaan apapun antara fosil ini dan bintang laut di zaman kita.

Berbagai keadaan dapat dijumpai selama mineralisasi:

1. Jika rangka sepenuhnya berisi larutan cair dan penguraian terjadi pada tahap lanjutan, struktur dalam membatu.

2. Jika rangka sepenuhnya digantikan oleh mineral selain aslinya, suatu salinan lengkap cangkang akan dihasilkan.

3. Jika cetakan persis rangka terbentuk akibat tekanan, maka sisa-sisa permukaan luar rangka mungkin bertahan.

Di sisi lain, pada fosil tumbuhan, yang terjadi adalah karbonisasi akibat bakteri terkait. Selama proses karbonisasi, oksigen dan nitrogen ditukar dengan karbon dan hidrogen. Karbonisasi terjadi dengan penguraian molekul-molekul jaringan oleh bakteri melalui perubahan-perubahan tekanan dan suhu atau beragam proses kimia, yang mendorong perubahan-perubahan kimia pada struktur protein dan selulosa sedemikian sehingga hanya serat-serat karbon yang tersisa. Bahan-bahan organik lain seperti karbon dioksida, metana, asam sulfat, dan uap air lenyap. Proses ini melahirkan lapisan batubara alami yang terbentuk dari rawa-rawa yang ada selama Zaman Karbon (354 hingga 290 juta tahun silam).

Fosil kadang kala terbentuk ketika organisme terendam dalam air yang kaya kalsium dan terlapisi oleh mineral-mineral semacam travertin. Sambil membusuk, organisme itu meninggalkan jejak dirinya di lapisan mineral.
Kulit dan sisik ikan dari Zaman Trias (250 hingga 203 juta tahun silam) ini membatu lengkap dengan semua rinciannya. Contoh ini mengungkapkan bahwa ikan ini telah memiliki struktur sisik yang sama 250 juta tahun silam.

Pemfosilan sempurna bagian-bagian lunak mahluk hidup, bahkan termasuk rambut, bulu atau kulit, jarang ditemukan. Sisa-sisa bentuk kehidupan berjaringan lunak Zaman Prakambria (4,6 milyar hingga 543 juta tahun yang lalu) terawetkan sangat baik. Ada juga sisa-sisa jaringan lunak mahluk hidup yang memungkinkan struktur-struktur dalam dari Zaman Kambria (543 hingga 490 juta tahun lalu) untuk dipelajari hingga saat ini di samping sisa-sisa jaringan kerasnya. Fosil bulu dan rambut binatang yang terawetkan dalam damar dan sisa-sisa fosil berumur 150 juta tahun merupakan contoh-contoh lain yang memungkinkan penyelidikan terinci. Mamot yang membeku di bongkahan es Siberia atau serangga dan reptil yang terjebak dalam damar di hutan-hutan Baltik juga memfosil bersama dengan struktur jaringan lunaknya.

KARANG SPONS
TERBESAR DI BUMI.
Karang spons berumur 145 juta tahun ini adalah jejak lantai Laut Tethys. Spons zaman kita tidak
berbeda dengan yang membentuk bukit ini. Spons-spons ini membuat terang bahwa mereka
tidak mengalami evolusi apapun.

Fosil bisa sangat beragam dari segi ukuran, sesuai dengan jenis organisme yang terawetkan. Beraneka fosil telah diperoleh dari mikroorganisme yang membatu hingga fosil raksasa binatang-binatang yang hidup bersama sebagai kelompok atau kawanan, menurut pola hidup bermasyarakat. Salah satu contoh fosil raksasa yang paling mencolok seperti itu adalah karang spons di Italia. Mirip dengan sebuah bukit raksasa, karang itu terdiri atas spons batu gamping berumur 145 juta tahun yang tumbuh di dasar laut kuno Tethys dan belakangan terangkat sebagai akibat gerakan lempeng tektonik. Fosil ini mengandung spesimen-spesimen bentuk kehidupan yang menghuni karang spons selama Zaman Trias. Lapis batuan Burgess di Kanada dan Chengjiang di China termasuk di antara lapisan-lapisan fosil terbesar yang berisi ribuan fosil dari Zaman Kambria. Lapisan-lapisan damar di Republik Dominika dan sepanjang pantai barat Laut Baltik adalah sumber-sumber utama lainnya bagi fosil serangga. Lapisan fosil Sungai Hijau (Green River) di negara bagian Wyoming, Amerika Serikat, lapisan fosil Sungai Putih (White River) di Amerika Tengah, lapisan Eichstatt di Jerman dan lapisan fosil Hajulah di Lebanon adalah contoh-contoh lain yang layak disebutkan.

Dalam Berapa Kelompokkah Fosil Dipelajari?

Sebagaimana dengan mahluk yang masih hidup, fosil juga dipelajari menurut kelompok-kelompok yang dirujuk sebagai kingdom (kerajaan). Di abad ke-19, fosil-fosil dikelompokkan bersama menurut dua kelompok dasar: tumbuhan atau hewan. Penelitian dan temuan lanjutan memaksa kita membentuk kelompok-kelompok fosil utama lainnya, termasuk untuk bentuk-bentuk kehidupan seperti jamur dan bakteri. Sesuai dengan pengelompokan fosil yang dikembangkan di tahun 1963, fosil dipelajari menurut lima kerajaan terpisah:

1. Animalia-fosil-fosil dari kerajaan hewan, dengan spesimen tertua yang diketahui berasal dari 600 juta tahun silam.

2. Plantaea-fosil-fosil dari kerajaan tumbuhan, dengan spesimen tertua yang diketahui berasal dari 500 juta tahun silam.

3. Monera-fosil-fosil bakteri tanpa inti, dengan spesimen tertua yang diketahui berasal dari 3,9 milyar tahun silam.

4. Protoctista-fosil-fosil organisme bersel tunggal. Spesimen tertua yang diketahui berasal dari 1,7 milyar tahun silam.

5. Fungi-fosil-fosil organisme bersel banyak. Spesimen tertua yang diketahui berasal dari 550 juta tahun silam.

Zaman-Zaman Geologi dan Paleontologi

Informasi dasar pertama menyangkut kerak Bumi mulai diperoleh di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 selama pembangunan rel-rel kereta api dan terowongan-terowongan. William Smith, seorang Inggris pembangun terowongan, melihat selama bekerja bahwa ada batu-batuan sepanjang Laut Utara yang mirip dengan yang digali di Sommerset yang berasal dari Zaman Jura (206 hingga 144 juta tahun silam). Dengan berbagai spesimen batuan dan fosil yang ia kumpulkan dari satu sudut ke sudut lain negeri, Smith menulis peta permukaan geologi Inggris yang pertama. Di samping itu, berdasarkan pada spesimen batu-batuan yang dimilikinya, Smith juga menggambarkan peta geologi bawah tanah untuk beberapa kawasan, yang merupakan suatu sumbangan besar bagi kemajuan geologi mutakhir dan menentukan kerangka waktu geologi Bumi. Berkat informasi yang dikandung oleh peta-petanya, sifat dan kandungan (besi, batubara, dsb. ) lapisan tepat di bawah permukaan dapat diketahui, bahkan sekalipun batuan itu tertutup tetumbuhan .

Peta pertama yang dibuat oleh William Smith, bapak geologi Inggris, memberikan sumbangsih
besar kepada kemajuan geologi mutakhir.

Fosil berperan penting dalam perolehan semua informasi Smith. Kerangka waktu geologi dari Zaman Prakambria hingga Kuaterner digambarkan menggunakan data yang ditunjukkan oleh lapisan fosil, dan masih dipakai hingga kini. Berkat penyelidikan-penyelidikan atas struktur bebatuan, tahap-tahap yang dilalui oleh Bumi pada berbagai zaman diketahui dan fosil-fosil di dalamnya memberikan informasi tentang organisme yang pernah ada selama berbagai zaman. Menggabungkan kedua informasi ini menghasilkan sebuah kronologi yang menuturkan bahwa sejarah Bumi terbagi menjadi dua eon, yang kemudian terbagi lagi menjadi era-era, dan lalu era menjadi zaman-zaman.

1. Eon Prakambria (4,6 milyar hingga 543 juta tahun silam)

Prakambria dianggap sebagai zaman tertua dan terpanjang dalam sejarah Bumi dan dibagi menjadi aneka eon dan era. Masa antara 4,6 dan 3,8 milyar tahun lalu dirujuk sebagai Eon Hadea. Pada saat itu, kerak Bumi masih membentuk diri. Eon Arkea adalah antara 3,8 dan 2,5 milyar tahun silam, diikuti oleh Eon Proterozoikum, antara 2,5 milyar dan 543 juta tahun silam. Dalam rekaman fosil, ada berbagai jejak organisme bersel tunggal maupun banyak dari masa-masa ini.

2. Eon Fanerozoikum (543 juta tahun silam hingga hari ini)

Fanerozoikum berarti "kehidupan tampak atau diketahui. " Eon Fanerozoikum dipelajari menurut tiga era: Paleozoikum, Mesozoikum, dan Kenozoikum.

2A. Era Paleozoikum (251 hingga 543 juta tahun silam)

Era ini, yang berlangsung selama sekitar 300 juta tahun, adalah bagian pertama dan terpanjang Eon Fanerozoikum. Sepanjang masa Paleozoikum, iklim Bumi umumnya lembab dan sedang, walau zaman es terjadi dari waktu ke waktu.

Era Paleozoikum dipelajari menurut enam zaman: Kambria, Ordovisi, Silur, Devon, Karbon, dan Perm.

Batu-batuan dari Era PraKambria (4,6 milyar hingga 543 juta tahun silam) di Tanah Hijau (Greenland).

Perbukitan Ediacara di Australia mengandung batu-batuan
dari Era PraKambria. Fosil ubur-ubur berumur 543 hingga
570 juta tahun dalam foto juga ditemukan di Ediacara.
Rekaman fosil-fosil ini berasal dari ratusan juta tahun silam
menyangkal pernyataan tentang “proses evolusioner.”
Menurut pernyataan tak ilmiah para evolusionis:
1-Rekaman fosil harus menyediakan banyak bentuk
peralihan;
2-Peralihan dalam rekaman itu harus lambat dan bertahap,
dan harus menunjukkan suatu perkembangan dari sederhana
menjadi rumit;
3-Setelah sel khayal pertama berevolusi, spesies baru harus muncul. Juga, jejak-jejak spesies-spesies ini harus terlihat pada fosil. Akan tetapi, rekaman fosil tidak pernah membenarkan pernyataan para evolusionis. Fosil-fosil telah mengungkapkan sejumlah fakta nyata: dengan struktur-struktur khasnya, mahluk-mahluk hidup memiliki sifat-sifat yang khas dan
mudah dibedakan. Sifat-sifat ini tidak perlahan-lahan
diperoleh seiring waktu, dan tidak ada hubungan evolusioner
yang dapat disusuri di antara kelompok-kelompok organisme
hidup saat ini. Inilah salah satu petunjuk terpenting yang
mengungkapkan bahwa semua mahluk hidup diciptakan
tanpa cela oleh Allah bersama dengan semua sifatnya.

Zaman Kambria (543-490 juta tahun silam)

Zaman ini adalah masa geologi di mana semua kelompok kehidupan dasar (atau filum) yang masih ada hingga hari ini dan bahkan juga yang punah, mendadak muncul. (Filum adalah pengelompokan terbesar setelah kerajaan dalam penggolongan mahluk hidup. Filum ditentukan menurut jumlah serta keragaman organ dan jaringan mahluk hidup, simetri tubuh, dan struktur dalamnya. Jumlah filum saat ini telah ditetapkan sebanyak 35, namun sekitar 50 filum ada selama Zaman Kambria. )

Kemunculan semua spesies itu demikian mendadak dan merentang sangat lebar sehingga para ilmuwan menyebutnya "Ledakan Kambria. " Evolusionis paleontologis Stephen Jay Gould telah melukiskan fenomena ini sebagai "peristiwa paling luar biasa dan membingungkan dalam sejarah Bumi, " sementara ahli zoologi evolusionis Thomas S. Ray menulis bahwa cikal-bakal kehidupan banyak sel adalah suatu peristiwa yang setara pentingnya dengan cikal-bakal kehidupan itu sendiri.

Batu-batu an di Newfoundland ini menunjukkan peralihan dari Zaman Kambria ke Zaman Ordovisi.

Jika kita merenungi Ledakan Kambria sebagaimana yang disajikan oleh ilmu paleontologi, ledakan itu jelas menegaskan penciptaan Allah dan menyanggah teori evolusi. Zaman PraKambria (sebelum Kambria) disesaki utamanya oleh organisme-organisme bersel tunggal, dengan beberapa kehidupan banyak sel dengan sedikit sifat khas dan tidak memiliki struktur-struktur rumit seperti mata dan kaki. Karena itu, tidak ada petunjuk yang mendukung peralihan evolusioner khayali ke bentuk kehidupan Kambria dan bahkan tidak satu fosil pun dapat dinyatakan mewakili moyangnya. Di lingkungan tandus ini, yang dihuni hanya oleh organisme-organisme bersel tunggal, keragaman kehidupan yang menakjubkan dengan ciri-ciri amat rumit mendadak muncul. Lebih lagi, lewat ledakan ini, muncullah bentuk-bentuk kehidupan yang satu sama lain terpisah oleh lebarnya perbedaan sifat struktur. Fosil-fosil mengungkapkan kesenjangan yang amat besar baik secara keterhubungan maupun kerumitan di antara organisme-organisme hidup dari masa PraKambria dan Kambria. Demikiaan mencolok kesenjangan itu sehingga para evolusionis, yang harus mampu membuktikan keterhubungan di antara kelompok-kelompok mahluk hidup, habis akal untuk menyusun hubungan kekerabatan di antara filum-filum, pada tingkatan teoretis murni sekalipun.

Fosil seekor mimi berumur 450 juta tahun, tidak berbeda dengan mimi dari
zaman kita.

Zaman Kambria menunjukkan bahwa sejak awal, bentuk-bentuk kehidupan yang sangat berbeda dengan struktur yang sangat rumit muncul mendadak-dan, sebenarnya, inilah persis yang diajarkan oleh konsep penciptaan. Asal mula struktur-struktur sempurna yang dimiliki mahluk hidup adalah ciptaan Allah. Dalam rekaman fosil, struktur-struktur sempurna itu muncul dalam bentuk tiada cela tanpa memperlihatkan tahap-tahap cacat, setengah jadi, atau masih tak berfungsi sebagaimana yang disimpulkan oleh teori evolusi yang berlandaskan kebetulan.

Zaman Ordovisi (490 hingga 443 juta tahun silam)

Di zaman ini, sejumlah besar invertebrata laut hidup. Rekaman fosil telah menyingkapkan limpahan kekayaan keluarga mahluk laut selama Zaman Ordovisi. Selama masa itu, perubahan-perubahan iklim dunia akibat zaman es berujung pada punahnya sejumlah spesies. Suasana ini digambarkan sebagai "kepunahan Ordovisi. "

Sebagian bentuk kehidupan yang ada selama Zaman Ordovisi masih ada hari ini. Salah satunya adalah mimi. Mimi membatu berumur 450 juta tahun menunjukkan bahwa hampir setengah milyar tahun lalu, mahluk ini memiliki ciri-ciri dan perangkat rumit yang sama. Laba-laba air membatu tertua yang diketahui juga berasal dari Zaman Ordovisi (425 juta tahun), dan inilah bukti penting lainnya bahwa mahluk-mahluk hidup tetap tak berubah selama masa yang panjang. Di zaman yang-menurut skenario Darwinis-mahluk-mahluk hidup harus menjalani evolusi, laba-laba ini seharusnya mengalami evolusi, sisa-sisa ini membuktikan bahwa evolusi tak pernah terjadi dengan cara apapun.

Zaman Silur (443 hingga 417 juta tahun silam)

Krinoid dar Zaman Silur.

Karena suhu naik lagi, gletser meleleh dan membanjiri beberapa benua. Ada banyak fosil tumbuhan darat yang berasal dari zaman ini, serta juga ekinoderma yang membatu seperti bakung laut, artropoda seperti kalajengking laut, aneka spesies ikan tak berahang dan ikan berkulit keras, serta juga beberapa spesies laba-laba.

Zaman Devon (417 hingga 354 juta tahu silam)

Tak terhitung fosil ikan berasal dari zaman ini. Selama Zaman Devon, semacam "penghilangan massal" terjadi dan spesies-spesis tertentu menjadi punah. Penghilangan massal ini memengaruhi karang koral, dengan stromatoporoida (sejenis koral pembentuk karang) menghilang sepenuhnya.

Namun, tidak ada perbedaan antara ribuan fosil ikan yang hidup selama Zaman Devon dan spesies hidup masa kini. Hal ini, sekali lagi, merupakan petunjuk penting bahwa mahluk-mahluk hidup tidak melalui perubahan selama perjalanan waktu jutaan tahun dan bahwa tidak beralasan untuk menduga evolusi tahap demi tahap mereka.


Fosil seekor Coelacanth berumur 410 juta tahun

Seekor Coelacanth di zaman kita

Zaman Karbon (354 hingga 290 juta tahun silam)

Fosil laba-laba berumur antara 295
dan 355 juta tahun.

Dikenal juga sebagai Zaman Batubara, zaman ini terbagi menjadi dua zaman: Zaman Karbon Bawah atau Mississippi, dan Zaman Karbon Atas atau Pennsylvania. Tanah naik dan turun, akibat tumbukan antarbenua, serta kenaikan dan penurunan permukaan air laut yang terkait dengan topi es kutub adalah peristiwa-peristiwa utama yang membentuk dunia selama zaman ini. Banyak fosil bentuk kehidupan laut dan darat berasal dari Zaman Karbon. Coelacanth, yang digambarkan para Darwinis selama bertahun-tahun sebagai yang disangka bentuk peralihan, masih hidup hari ini, membuktikan ketidaksahihan pernyataan itu. Ikan ini tidak melewati perubahan selama selang jutaan tahun dan tidak pernah mengalami "evolusi. " Berlawanan dengan pernyataan para Darwinis bahwa coelacanth itu sebuah "rantai yang hilang" yang membenarkan evolusi, ikan ini sebenarnya sebuah contoh "fosil hidup" yang telak membantah evolusi. Coelacanth telah menjadi bahan tak terhitung bentuk tebak-tebakan para evolusionis, tetapi kemunculannya sebagai fosil hidup memberi mereka sebuah dilema besar.

Zaman Perm (290 hingga 248 juta tahun silam)

Pada akhir Zaman Perm, suatu penghilangan massal terjadi yang mewakili akhir mutlak Era Paleozoikum. Rekaman fosil menunjukkan bahwa selama penghilangan akbar ini,90-95% spesies hidup punah. Pun demikian, sebagian bentuk kehidupan Perm bertahan hidup hingga hari ini. Spesimen-spesimen fosil dari Zaman Perm seperti capung dan laba-laba membuktikan bahwa evolusi tidak pernah terjadi kapan pun di masa lalu.

2B. Era Mesozoikum (248 hingga 65 juta tahun silam)

Era Mesozoikum terbagi menjadi tiga zaman: Trias, Jura, dan Kretaseus. Selama era inilah dinosaurus hidup dan punah.

Zaman Trias (248 hingga 206 juta tahun silam)

Era Mesozoikum dimulai dengan Zaman Trias. Sejumlah besar fosil Trias dari seluruh dunia menunjukkan keragaman tinggi pada bentuk kehidupan laut dan darat. Seperti yang terjadi pada zaman-zaman lain, tampaknya tidak satu pun fosil antara dari jenis yang diharapkan para evolusionis ada.


Para ilmuwan bekerja dengan fosil-fosil dari
Zaman Trias.


Hutan membatu di Arizona-terdiri atas kayu-kayu yang memfosil dan membatu-adalah salah satu struktur
tetumbuhan paling terkenal dari Zaman Trias. Hutan ini, terdiri atas pohon-pohon yang kini dikenal sebagai
araukaria Chile, adalah bukti bahwa tetumbuhan tidak berevolusi. Pohon-pohon ini, yang hidup 206 hingga 248
juta tahun silam, tidak berbeda dengan yang hidup hari ini.

Zaman Jura (206 hingga 144 juta tahun silam)

Ruas dari Era Mesozoikum ini menyaksikan beraneka jenis dinosaurus dalam jumlah besar. Pada akhir zaman Jura, sebagian spesies amonit, spons laut, kerang, dan remis punah.

Fosil seekor capung berumur 150 juta tahun. Ia sama dengan capung-capung masa kini..

Fosil udang berumur 144 hingga 206 juta tahun. Ia tidak berbeda dengan
udang hidup hari ini.

Kadal tuatara dari 200 juta tahun lalu, dan kadal yang sama yang hidup hari ini.

Namun, banyak bentuk kehidupan bertahan tak berubah sejak Zaman Jura-dengan kata lain, tanpa melalui bentuk evolusi apapun. Rekaman fosil penuh dengan contoh ciri-ciri seperti itu. Salah satu fosil buaya tertua yang diketahui, misalnya, berumur sekitar 200 juta tahun. Ada juga contoh fosil kadal tuatara yang lebih dari 200 juta tahun umurnya. Fosil-fosil udang dari Zaman Jura semuanya memiliki sistem sempurna dan struktur rumit yang tepat sama seperti yang dimiliki udang masa kini.


Seekor ikan dari 65 hingga 146 juta tahun silam, dan fosil kelelawar yang ditemukan di Prancis.

Zaman Kretaseus (146 hingga 65 juta tahun silam)

Zaman ini, tahap akhir Era Mesozoikum, dikenal sebagai zaman saat dinosaurus punah, seperti juga sejumlah besar spesies reptil dan tumbuhan darat.

Di sisi lain, banyak sekali spesies binatang air seperti bintang laut, kepiting, beberapa spesies ikan, kalajengking air, laba-laba, capung, penyu, dan buaya, serta aneka spesies tumbuhan berhasil bertahan hidup hingga hari ini. Spesimen-spesimen fosil seperti bintang laut berumur 135 juta tahun, mimi berumur 140 juta tahun, dan daun pohon gingko berumur 125 juta tahun hanyalah beberapa bukti hal ini. Sekalipun terpisah jutaan tahun, bentuk-bentuk kehidupan ini masih memiliki sistem rumit yang sama, yang membantah habis pernyataan-pernyataan para Darwinis tentang sejarah alam.

2C. Era Kenozoikum (65 juta tahun silam hingga hari ini)

Fosil buaya berumur 37 hingga 54
juta tahun ini ditemukan di Jerman.

Era Kenozoikum yang kita alami saat ini dimulai dengan berakhirnya Zaman Kretaseus. Hingga baru-baru ini, para ahli geologi dan palentologi membagi Era Kenozoikum menjadi dua zaman dengan panjang berbeda: Zaman Tersier dan Zaman Kuarter. Zaman Tersier mencakup suatu rentang waktu dari 65 juta hingga 1,8 juta tahun silam dan Zaman Kuarter meliputi 1,8 juta tahun terakhir. Akan tetapi, baru-baru ini, Era Kenozoikum dibagi menjadi tiga zaman terpisah. Dengan sistem baru ini, ketiga unsurnya adalah zaman-zaman Paleogin, Neogin, dan Kuarter

Satu ciri khas spesimen fosil yang diperoleh dari semua zaman geologi ini adalah bahwa spesies terkait tidak pernah mengalami perubahan apapun. Dengan kata lain, kapan pun kali pertama suatu spesies muncul dalam rekaman fosil, ia memertahankan struktur yang sama selama puluhan juta tahun hingga punah atau bertahan hingga hari ini-lagi-lagi, tanpa mengalami perubahan apapun. Inilah petunjuk jelas bahwa mahluk hidup tidak pernah mengalami evolusi.

Sejarah fosil spesies secara tegas dan jelas menyangkal teori evolusi. Adalah Allah Mahakuasa, dengan kekuasaanNya yang agung dan pengetahuanNya yang tak berhingga, Yang menciptakan beragam mahluk hidup yang berbeda satu sama lain dari ketiadaan dan membuat dunia ini laik huni.

Di Manakah Sebagian Besar Fosil Ditemukan?

Fosil tersebar luas hampir ke setiap pelosok Bumi. Pada beberapa jenis batuan, hampir tidak ditemukan fosil, tetapi pada jenis lainnya, banyak sekali fosil ditemukan. Para ahli geologi membagi jenis batuan ke dalam tiga golongan utama:

- Beku

- Endapan

- Metamorfis


Umur batuan ditentukan dengan
penelitian terhadap peluruhan
mineral radioaktif.


Batuan tertua di dunia ada di Tanah Hijau, berasal dari 3,8 hingga 3,9 juta tahun silam.

Golongan batuan beku mencakup granit dan batuan jenis basal yang terbentuk dari pendinginan magma yang ada di kedalaman Bumi atau yang disemburkan gunung-gunung berbentuk lava leleh. Batuan endapan terbentuk ketika pasir, lempung, lumpur, dan partikel-partikel atau zat-zat kecil yang terangkut air diendapkan satu di atas lainnya. Batuan metamorfis adalah batuan beku atau endapan yang mengalami perubahan struktur akibat suhu dan tekanan tinggi di kedalaman Bumi.

Sedikit fosil umumnya ditemukan di lapisan batuan beku. Contoh-contoh langka yang ditemukan adalah fosil-fosil yang dihasilkan ketika tumbuhan atau binatang terperangkap dalam lava leleh. Sangat sedikit fosil mampu menahan suhu dan tekanan tinggi yang mengubah rupa lapisan endapan menjadi batuan metamorfis. Hampir semua fosil ditemukan di lapisan endapan.

Hampir semua batuan endapan dibentuk oleh zat-zat yang terbawa oleh angin atau air atau dari pengikisan batuan jenis lain. Beberapa bentuk, seperti batubara, dibentuk oleh sisa-sisa tumbuhan dan binatang. Klastik adalah nama yang diberikan untuk batuan endapan yang dibentuk oleh partikel atau butiran halus. Batu paras dan syis (schist) merupakan contoh-contoh batuan seperti itu. Jika terjadi pelarutan zat yang diangkut, maka akibat pelarutan kimiawi atau penguapan, lapisan endapan "organik" terbentuk. Contoh batuan semacam itu adalah batu lempung dan dolomit. Secara umum, lapisan batuan endapan adalah campuran lapisan klastik dan organik. Fosil-fosil biasanya terlihat dalam batu serpih (shale), syis, batu paras, atau batu gamping yang terbentuk dari kapur (kalsium karbonat).

Bagaimanakah Cara Fosil Ditemukan dan Digali?

Mengumpulkan batuan endapan dan berhati-hati membuka bagian yang
diperkirakan berisi fosil merupakan tahap penting pengumpulan fosil.

Perkakas yang dipakai untuk mengumpulkan fosil adalah alat-alat sederhana seperti yang digunakan para ahli geologi: palu, cetok, aneka alat pemotong, kompas, sikat, dan saringan.

Fosil kadang muncul ke permukaan ketika lapisan batuan lunak di sekelilingnya terkikis. Dalam hal itu, kita cukup membersihkannya dengan sikat. Akan tetapi, pengumpulan fosil biasanya tidak semudah itu. Batuan tempat fosil tersembunyi umumnya sangat keras dan dapat memakan waktu berjam-jam untuk menarik satu fosil dari batuan matriks (penyungkup). Sebelumnya, menentukan dari titik mana batu mesti dipecahkan adalah penting. Garis-garis retakan ditandai menurut lapisan batuan itu sendiri. Setiap jenis batuan dipecahkan dengan cara tersendiri. Syis, misalnya, memiliki lapisan-lapisan dengan mana garis-garis retakan dapat ditentukan. Di sisi lain, batu kapur tidak memiliki lapisan seperti itu. Pada saat yang sama, juga penting mewaspadai tanda-tanda seperti perubahan wana atau perbedaan struktur jika kita ingin fosil di dalamnya tidak rusak.

Setelah dikeluarkan dari batuan, fosil menjalani beragam proses. Ia harus dilindungi dan diperkuat selagi dibawa ke laboratorium untuk diteliti. Salah satu metode yang digunakan adalah memantapkan fosil dengan perekat kimiawi. Cetakan-cetakan plester digunakan untuk fosil-fosil berukuran sangat besar. Bagian-bagian fosil yang berisiko selama pengangkutan dibungkus dengan kertas koran lembab dan lalu direndam ke dalam plester.


Selama pemindahan, kadang kala fosil harus dilindungi oleh plester. Foto ini menunjukkan cara sepotong tulang fosil ditutupi oleh plester.

Fosil lalu harus dibersihkan agar semua rinciannya tampak. Jika fosil lebih keras daripada batuan yang menyungkupinya, proses pembersihan jauh lebih mudah. Akan tetapi, jika fosil berstruktur lebih lunak, zat-zat kimia perlu dipakai. Salah satu cara paling umum adalah membersihkan penyungkupnya dengan asam. Cara ini membuat semua rincian fosil muncul. Pada beberapa kejadian-khususnya jika fosil amat halus dan berstruktur sama dengan batuan yang mengelilinginya-peranti sinar X dan pemindaian komputer digunakan untuk menentukan struktur fosil sebelum dikeluarkan dari tempatnya.

PENCUCIAN FOSIL DENGAN ASAM
Salah satu cara membersihkan fosil adalah menggunakan asam. Ini sebuah cara yang efektif untuk membersihkan
batu gamping yang menyungkupi sebuah fosil tanpa merusaknya.
1. Batuan yang mengelililingi fosil direndam ke dalam asam yang sesuai sampai sebagian kecil fosil terlihat;
2. Bagian fosil yang terlihat dicuci dan ditutupi dengan suatu bahan tahan asam.
3. Fosil direndam lagi ke dalam asam, dan pekerjaan ini diulangi beberapa kali.
4. Bahan pelindung harus direkatkan ke bagian fosil yang terlihat untuk melindunginya dari kerusakan.
5. Akhirnya, fosil sepenuhnya terbebaskan dari batuan yang menyungkupinya. Fosil dicuci
benar-benar untuk membersihkannya dari asam maupun bahan pelindung.

Kebenaran yang Diungkapkan Fosil tentang Mahluk Hidup: Penciptaan

Charles Darwin

Fosil keong tertua yang diketahui dalam foto ini berasal dari Zaman Jura (206 hingga n144 juta
tahun silam). Contoh-contoh pertama kelompok mahluk hidup ke mana spesies ini termasuk telah
ada sejak Zaman Kambria (543 hingga 490 juta tahun silam). Keong tetap sama selama ratusan
juta tahun, mengungkapkan ketidaksahihan evolusi.

Fosil-fosil yang digali hingga hari ini memiliki dua ciri yang amat penting dan keduanya menyanggah teori evolusi:

1. Kemantapan (stasis): Spesies-spesies menunjukkan tidak adanya perubahan selama masa keberadaannya di Bumi. Apapun struktur yang mereka perlihatkan saat muncul kali pertama dalam rekaman fosil, struktur itu tetap mereka miliki saat mereka akhirnya punah. Perubahan morfologis (bentuk) umumnya kecil dan tidak cenderung ke arah tertentu.

2. Kemuncukan Mendadak: Tidak ada spesies yang pernah muncul perlahan-lahan lewat diferensiasi (pembedaan) dengan moyang sangkaannya; spesies muncul mendadak dan "terbentuk sempurna. "

Nilai penting kedua hal ini adalah bahwa mahluk-mahluk hidup itu diciptakan, tanpa proses evolusi dan tahap-tahap peralihan yang mesti dilalui. Mahluk hidup tidak memeroleh sifat-sifat yang dimilikinya belakangan, namun sudah memilikinya sejak saat diciptakan.

Darwin sendiri mengetahui bahwa rekaman fosil menyanggah teori evolusinya, namun para Darwinis selalu enggan mengakuinya. Pada bab bertajuk "Kesulitan-Kesulitan tentang Teori" dalam bukunya The Origin of Species, Darwin mengakui bahwa rekaman fosil tidak dapat dijelaskan menurut teori evolusi:

Fosil lebah berumur antara 37 dan 54
juta tahun.

Mengapakah, jika satu spesies turun dari spesies lain lewat penahapan yang kehalusannya di luar akal, kita tidak melihat berjuta-juta bentuk peralihan? Mengapakah alam tidak kacau-balau alih-alih spesies-spesies, sebagaimana kita lihat, terbentuk baik? . . . Tetapi, karena akibat teori ini tak terhitung jumlah antara harus ada, mengapakah kita tidak menemukan mereka terbenam dalam jumlah tak terhitung di kerak bumi?. . . Mengapakah kemudian tidak setiap formasi geologi dan setiap lapisan sarat dengan rantai-rantai antara? Geologi pastilah tidak menyingkapkan rantai organis yang bertahap halus apapun; dan ini, mungkin, adalah keberatan paling nyata dan sungguh-sungguh yang dapat ditohokkan pada teori saya. " (Charles Darwin, The Origin of Species, Oxford University Press, New York,1998, pp. 140,141,227)

Pendapat yang diajukan Darwin untuk menjelaskan ketiadaan fosil bentuk peralihan-yang pada intinya menyatakan "saat ini, bentuk-bentuk peralihan tidak ada, namun akan ditemukan lewat penelitian lanjutan"-tidak lagi dapat dipakai hari ini. Data masa kini menunjukkan bahwa rekaman fosil luar biasa kayanya. Berdasarkan pada ratusan juta contoh fosil yang diperoleh dari beragam kawasan di dunia, sekitar 250 ribu spesies telah diuraikan-banyak yang memiliki kemiripan yang sangat dengan kira-kira 1,5 milyar spesies hidup hari ini. Melihat tidak adanya satu pun bentuk peralihan walau rekaman fosil demikian berlimpah, mustahil apapun bentuk peralihan akan muncul dari penggalian-penggalian baru.



Semua mahluk hidup dalam rekaman fosil muncul lengkap dan dalam bentuk yang sempurna. Misalnya,
sebelum buaya dan bajing, tidak ada fosil milik mahluk aneh yang setengahnya mirip seekor buaya, dan
bagian lainnya milik seekor bajing atau mahluk hidup lainya. Bajing selalu tetap bajing, dan buaya selalu
tetap buaya. Semua fakta ini mengungkapkan bahwa pernyataan teori evolusi bahwa “mahluk-mahluk hidup
telah berevolusi perlahan-lahan selama jutaan tahun” sekadar hasil lamunan.

Rekaman fosil tidak memberikan satu contoh pun "bentuk peralihan" yang dapat dipakai para evolusionis sebagai petunjuk, namun menyediakan jutaan spesies yang memperlihatkan ketidaksahihan evolusi. Yang terpenting dari semua contoh adalah "fosil hidup, " fosil yang contoh hidupnya masih ada hari ini. Dari rekaman fosil, tampak bahwa mahluk-mahluk ini hidup pada berbagai zaman geologi dan menjadi bukti penciptaan, sebab tak ada perbedaan antara yang hidup jutaan tahun silam dan spesimen masa kininya. Para Darwinis tak berdaya menghadapi keadaan ini.

Ada banyak spesies tumbuhan
yang struktur tetap tak berubah
sejak Zaman Trias (206 hingga
248 juta tahun silam). Salah
satunya adalah pohon
gingko. Fosil dalam foto
ini berasal dari Zaman
Jura (206 hingga 144
juta tahun silam).
Cabang pohon gingko yang
hidup di zaman ini.

Evolusionis Niles Eldredge mengakui bahwa mereka tak mampu menyediakan penjelasan atas perihal fosil hidup, yang mewakili hanya satu dari tak terhitung rahasia yang tak dapat disingkapkan evolusi:

". . . kelihatannya hampir tidak terjadi perubahan di bagian mana pun yang bisa kita bandingkan antara organisme hidup dan moyangnya yang membatu dari masa geologi yang sangat silam. Fosil-fosil hidup menyusun tema kemantapan evolusioner sampai ke derajat yang ekstrim. Kita belum sepenuhnya memecahkan teka-teki kehidupan hingga ke derajat yang ekstrim. . Kita belum sepenuhnya memecahkan teka-teki fosil hidup." (http://www.nwcreation.net/fossilsliving.html)

Rahasia yang coba diungkapkan Niles Eldredge sebenarnya fakta yang nyata sempurna. Fosil-fosil hidup membuktikan bahwa spesies tidak menjalani evolusi, melainkan diciptakan. Para Darwinis mencoba mengabaikan fakta ini karena kepentingan ideologis dan bersikeras menjaga tetap hidup dogma-dogma dari 150 tahun yang lalu.

Tetapi, fakta-fakta kini dapat dipastikan jauh lebih jelas daripada di masa Darwin. Jumlah orang yang memahami dan memilih melangkah seiring dengan fakta-fakta terus meningkat, sementara mereka yang meyakini cerita-cerita dongeng dan tidak pernah mencoba meragukannya kian sedikit jumlahnya. Fakta-fakta tidak lagi dapat ditutupi dan disingkirkan sebagaimana terjadi di zaman Darwin. Genetika, mikrobiologi, paleontologi, geologi dan semua cabang ilmu pengetahuan terus mengungkapkan kebenaran yang tidak pernah diinginkan dan mungkin tidak pernah dinantikan oleh Darwin dan para pendukungnya-fakta penciptaan.

Pernyataan-pernyataan tidak nalar dan tidak alamiah yang dibuat para Darwinis, muslihat-muslihat yang mereka perbuat untuk memerdaya masyarakat umum dan propaganda yang mereka lontarkan untuk menyesatkan orang hanyalah tanda keputus-asaan mereka. Generasi-generasi mendatang akan terheran-heran tentang mengapa orang-orang dulu pernah bisa meyakini mitos Darwinis, sebab semua temuan ilmiah menyajikan fakta nyata bahwa evolusi tidak pernah terjadi dan bahwa Allah menciptakan alam semesta dan semua mahluk hidup.

Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu orang yang meyakini. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu dahulu. Tetapi mereka bermain-main dengan keragu-raguan. (QS Ad Dukhan,44:7-9)

Earthquake prediction in dongeng geology

Bagaimana mungkin ramalan gempa nextearthquake bisa memiliki kepastian diatas 90% ? Bagaimana cara meramalnya ? Nah ini dia penjelasannya.

Dibawah ini akan dijelaskan bagaimana cara website Nextquake membuat prediksi yang memiliki kesuksesan diatas 90%.

:( :”Lah hiya pakdhe, kan kesuksesan prakiraan atau ramalan itu dilihat dari kesuksesan hasil prediksinya kan ?

:D “Makanya thole ada cara yang bagus untuk membuat prediksi yang bagus.

Coba kita ulangi lagi bagaimana perkiraan gempa itu

Paling tidak ada dua jenis yaitu short term prediction dan longterm prediction. Yang satu meramalkan dalam waktu dekat, yang lain meramalkan dalam jangan panjang.

Ketiga aspek gempa yang ingin diketahui pada shorterm prediction itu adalah sebagai berikut :

* Dimana tempatnya. Mencakup area yang cukup sempit.
Efek bencana sangat merusak sekitar radius 10-20 Km ( di Jogja, Padang). Ramalan yang diinginkan untuk resque (penyelamatan) tentusaja yang memiliki akurasi seperti ini.
* Seberapa besar kekuatannya. Dalam skala gempa tertentu.
Saat ini yang diketahui besarnya “potensi” yang tersimpan dalam satu segmen. Berapa yang “bakalan” dilepaskan masih belum (susah) diketahui. Bisa sekali besar, bisa kecil-kecil banyak, atau bahkan slow quake (silent quake) !
* Kapan terjadinya. Dalam rentang waktu yang memadai.
Periode waktu yang diinginkan tentusaja short term (jangka pendek).

Apakah yang diatas itu dipenuhi dalam predisksi yang dilakukan nextearthquake itu ?
Statistik gempa di Indonesia.

Sebagai gambaran dibawah ini kita lihat gempa-gempa besar yang memiliki magnitude diatas M5. Data gempa ini diambil dari USGS untuk periode pengukuran sejak tahun 1973-2009 (36 tahun).
EQ1973-2009_1

Selama kurun waktu 36 tahun terdapat 15 000 gempa dengan kekuatan >5M

Diatas itu gempa-gempa di Indonesia yang mempunyai kekuatan diatas 5SR. Ingat yang diatas itu gempa dengan kekuatan diatas 5 SR !

* Sejak 1973-2009 (36 tahun) terdapat 15 000 gempa di Indonesia.
* Artinya dalam satu tahun akan terjadi 417 kali gempa.
* Sehingga dalam satu hari akan terjadi paling tidak satu kali gempa dengan kekuatan diatas 5 SR !

Dengan dasar diatas tentunya kita tahu bahwa secara statistik saja dapat diketahui bahsa dalam satu hari saja di Indonesia akan terjadi gempa dengan kekuatan paling tidak 5SR. Tentusaja gempa-gempa yang ukurannya lebih kecil dari 5SR akan lebih sering terjadi, namun kita tidak merasakan, karena pusat gempanya dalam atau pusat gempanya jauh dari lokasi kita berada.
Meramal dengan jitu !

Nah sekarang coba tengok bagaimana bentuk ramalan dari web yang bikin heboh itu. Dibawah ini satu ramalan untuk gempa di Sumatra. Perhatika dengan seksama besaran gempa yang diperkirakannya, dan perhatikan radius daerah yang diperkirakannya.
Nextquake

Ini dia bentuk ramalannya

Tentusaja kita tahu dalam radius 500 Km maka secara statistik saja akan memiliki gempa yang jumlahnya ratusan selama periode 7 hari. Apalagi kekuatan yang diperkirakan memiliki rentang M3.9-M5.9 dan M4.2-M6.2. Selisih sekala 3 itu artinya 10pangkat3 kali. M6.2 = seribu kali M4.2 kekuatan gempa nya … jadi rentangnya dari ngga kerasa kalau pusatnya didalam hingga ambyarrr kalau gempa dangkal !!

Juga rentang waktu ini dikoreksi ketika gempa itu tidak terjadi, artinya kesalahannya dikoreksi ketika ramalannya meleset. Dan nantinya hanya dimasukkan yang ramalannya cocok.
EQ1973-2009

Yang diatas itu gempa dengan kekuatan >M5. Dalam radius 500 Km. Gempa kecil-besar yang terjadi selama sehari akan ratusan jumlahnya.

Radius 500 Km itu artinya mencakup lebih dari setengah dari Pulau Sumatra, dan hampir seluruh Jawa. Artinya daerah yang diperkirakan sangat luaaas. Dan dalam artian mitigasi mungkin tidak akan berarti. Walaupun untuk kewaspadaan sangatlah diperlukan mental selalu bersiap menghadapi apapun yang terjadi.

Ya selalu tepat doonk !

Tentusaja, ramalan ini akan selalu tepat atau memiliki tingkat akurasi yang lebih dari 90%. Radiusnya lebar, besar magnitudenya bervariasi, serta jangka prediksi waktunya selalu dikoreksi !. Disinilah letak kepintaran si peramal. Melakukan koreksi terus menerus seolah-olah merupakan shorterm prediction !

:( “Wah pakdhe, kalau gitu nenek-nenek juga tahu ya ?”

Dengan penjelasan sederhana seperti ini tentunya kita tahu bahwa ramalan itu ada batasannya, ke-akurasi-annya tergantung dari rentang yang dibuat. Salam waspada, dan jangan tunggu ramalan !

Tulisan sebelumnya memberikan gambaran cara meramal gempa, ada disini :

* http://rovicky.wordpress.com/2007/09/26/meramal-gempa-1/
* http://rovicky.wordpress.com/2007/10/01/meramal-gempa-2-pasti-bisa-atau-harus-bisa/
* http://rovicky.wordpress.com/2008/02/16/meramal-gempa3-dongeng-dari-pak-djedi-lipi/
* Meramal Gempa #4, Meramal sendiri daripada panik !

Bacaan lain menyangkut soal gempa :

* Mengapa Gempa Sulit Diramalkan – Animasi
* Tips – Tindakan Kita Saat Terjadi Gempabumi
* Mitos awan gempa ! {HOT}
* Tempat-tempat yg perlu di’antisipasi’ gempa
* Sesar-sesar (patahan) di Selatan Jawa {HOT}
* Bumi semakin berbahaya
* “Waspada” is your early warning !
* Sistematik aktifasi gempa sepanjang Sistem Sesar Sumatra [bukan preshock]
* Peta – Tingkat kerentanan tanah terhadap bahaya gempabumi di Kabupaten Bantul dan sekitarnya.
* Gelombang gempa yg bikin pusing !
* Longsoran dan Gempa
* Longsoran dan Danau, Akibat Gempa dan Patahan
* Awas …. Awan gempa ! [HOT]
* Awan-gempa lagi … kalau memang ada, semestinya serba mendukung ! [HOT]
* Jangan berikan prediksi ! Tapi berikanlah pengetahuan ! [HOT]

Senin, 23 November 2009

Petroleum System Part 1 (indonesian verse)

Bagaimana terjadinya minyak dan gas bumi ?

Ada tiga faktor utama dalam pembentukan minyak dan/atau gas bumi, yaitu:

  1. Ada “bebatuan asal” (source rock) yang secara geologis memungkinkan terjadinya pembentukan minyak dan gas bumi.
  2. Adanya perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari bebatuan asal menuju ke “bebatuan reservoir” (reservoir rock), umumnya sandstone atau limestone yang berpori-pori (porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon tersebut.
  3. Adanya jebakan (entrapment) geologis. Struktur geologis kulit bumi yang tidak teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya gempa bumi dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara terus menerus, dapat menciptakan suatu “ruangan” bawah tanah yang menjadi jebakan hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang impermeable, maka hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa bergerak kemana-mana lagi.

Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi, merupakan faktor penting lainnya dalam pembentukan hidrokarbon. Hidrokarbon jarang terbentuk pada temperatur kurang dari 65oC dan umumnya terurai pada suhu di atas 260oC. Hidrokarbon kebanyakan ditemukan pada suhu moderat, dari 107 ke 177oC.

Apa saja komponen-komponen pembentuk minyak bumi ?

Minyak bumi merupakan campuran rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya tersusun atas 85% karbon (C) dan 15% hidrogen (H). Selain itu, juga terdapat bahan organik dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur (S) atau nitrogen (N).

Apakah ada perbedaan dari jenis-jenis minyak bumi ?

Ada 4 macam yang digolongkan menurut umur dan letak kedalamannya, yaitu: young-shallow, old-shallow, young-deep dan old-deep.Minyak bumi young-shallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak bahan aromatik, sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi.Minyak old-shallow biasanya kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai paraffin yang lebih pendek. Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik didihnya paling rendah dan juga viskositasnya paling encer. Sulfur yang terkandung dapat teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas, sehingga old-deep adalah minyak mentah yang dikatakan paling “sweet”. Minyak semacam inilah yang paling diinginkan karena dapat menghasilkan bensin (gasoline) yang paling banyak.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membentuk minyak bumi ?

Sekitar 30-juta tahun di pertengahan jaman Cretaceous, pada akhir jaman dinosaurus, lebih dari 50% dari cadangan minyak dunia yang sudah diketahui terbentuk. Cadangan lainnya bahkan diperkirakan lebih tua lagi. Dari sebuah fosil yang diketemukan bersamaan dengan minyak bumi dari jaman Cambrian, diperkirakan umurnya sekitar 544 sampai 505-juta tahun yang lalu.

Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk selama jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang hidup di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar lautan lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik yang akhirnya akan menjadi batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini berulang terus, satu lapisan menutup lapisan sebelumnya. Lalu selama jutaan tahun berikutnya, lautan di bumi ada yang menyusut atau berpindah tempat. Deposit yang membentuk batuan endapan umumnya tidak cukup mengandung oksigen untuk mendekomposisi material organik tadi secara komplit. Bakteri mengurai zat ini, molekul demi molekul, menjadi material yang kaya hidrogen dan karbon. Tekanan dan temperatur yang semakin tinggi dari lapisan bebatuan di atasnya kemudian mendistilasi sisa-sisa bahan organik, lalu pelan-pelan mengubahnya menjadi minyak bumi dan gas alam. Bebatuan yang mengandung minyak bumi tertua diketahui berumur lebih dari 600-juta tahun. Yang paling muda berumur sekitar 1-juta tahun. Secara umum bebatuan dimana diketemukan minyak berumur antara 10-juta dan 270-juta tahun.

Bagaimana caranya menemukan minyak bumi ?

Ada berbagai macam cara: observasi geologi, survei gravitasi, survei magnetik, survei seismik, membor sumur uji, atau dengan educated guess dan faktor keberuntungan.

  • Survei gravitasi: metode ini mengukur variasi medan gravitasi bumi yang disebabkan perbedaan densitas material di struktur geologi kulit bumi.
  • Survei magnetik: metode ini mengukur variasi medan magnetik bumi yang disebabkan perbedaan properti magnetik dari bebatuan di bawah permukaan. Survei magnetik dan gravitasi biasanya dilakukan di wilayah yang luas seperti misalnya suatu cekungan (basin).
  • Survei seismik menggunakan gelombang kejut (shock-wave) buatan yang diarahkan untuk melalui bebatuan menuju target reservoir dan daerah sekitarnya. Oleh berbagai lapisan material di bawah tanah, gelombang kejut ini akan dipantulkan ke permukaan dan ditangkap oleh alat receivers sebagai pulsa tekanan (oleh hydrophone di daerah perairan) atau sebagai percepatan (oleh geophone di darat). Sinyal pantulan ini lalu diproses secara digital menjadi sebuah peta akustik bawah permukaan untuk kemudian dapat diinterpretasikan.

Aplikasi metode seismik:

  1. Tahap eksplorasi: untuk menentukan struktur dan stratigrafi endapan dimana sumur nanti akan digali.
  2. Tahap penilaian dan pengembangan: untuk mengestimasi volume cadangan hidrokarbon dan untuk menyusun rencana pengembangan yang paling baik.
  3. Pada fase produksi: untuk memonitor kondisi reservoir, seperti menganalisis kontak antar fluida reservoir (gas-minyak-air), distribusi fluida dan perubahan tekanan reservoir.

Setelah kita yakin telah menemukan minyak, apa selanjutnya ?
Setelah mengevaluasi reservoir, selanjutnya tahap mengembangkan reservoir. Yang pertama dilakukan adalah membangun sumur (well-construction) meliputi pemboran (drilling), memasang tubular sumur (casing) dan penyemenan (cementing). Lalu proses completion untuk membuat sumur siap digunakan. Proses ini meliputi perforasi yaitu pelubangan dinding sumur; pemasangan seluruh pipa-pipa dan katup produksi beserta asesorinya untuk mengalirkan minyak dan gas ke permukaan; pemasangan kepala sumur (wellhead atau chrismast tree) di permukaan; pemasangan berbagai peralatan keselamatan, pemasangan pompa kalau diperlukan, dsb. Jika dibutuhkan, metode stimulasi juga dilakukan dalam fase ini. Selanjutnya well-evaluation untuk mengevaluasi kondisi sumur dan formasi di dalam sumur. Teknik yang paling umum dinamakan logging yang dapat dilakukan pada saat sumur masih dibor ataupun sumurnya sudah jadi.

Ada berapa macam jenis sumur ?

Di dunia perminyakan umumnya dikenal tiga macam jenis sumur:

  1. Sumur eksplorasi (sering disebut juga wildcat) yaitu sumur yang dibor untuk mentukan apakah terdapat minyak atau gas di suatu tempat yang sama sekali baru.
  2. Jika sumur eksplorasi menemukan minyak atau gas, maka beberapa sumur konfirmasi (confirmation well) akan dibor di beberapa tempat yang berbeda di sekitarnya untuk memastikan apakah kandungan hidrokarbonnya cukup untuk dikembangkan.
  3. Sumur pengembangan (development well) adalah sumur yang dibor di suatu lapangan minyak yang telah eksis. Tujuannya untuk mengambil hidrokarbon semaksimal mungkin dari lapangan tersebut.

Istilah persumuran lainnya:

  • Sumur produksi: sumur yang menghasilkan hidrokarbon, baik minyak, gas ataupun keduanya. Aliran fluida dari bawah ke atas.
  • Sumur injeksi: sumur untuk menginjeksikan fluida tertentu ke dalam formasi (lihat Enhanced Oil Recovery di bagian akhir). Aliran fluida dari atas ke bawah.
  • Sumur vertikal: sumur yang bentuknya lurus dan vertikal.
  • Sumur berarah (deviated well, directional well): sumur yang bentuk geometrinya tidak lurus vertikal, bisa berbentuk huruf S, J atau L.
  • Sumur horisontal: sumur dimana ada bagiannya yang berbentuk horisontal. Merupakan bagian dari sumur berarah.

Apakah rig ? Apa saja jenis-jenisnya ?

Rig adalah serangkaian peralatan khusus yang digunakan untuk membor sumur atau mengakses sumur. Ciri utama rig adalah adanya menara yang terbuat dari baja yang digunakan untuk menaik-turunkan pipa-pipa tubular sumur.

Umumnya, rig dikategorikan menjadi dua macam menurut tempat beroperasinya:

  1. Rig darat (land-rig): beroperasi di darat.
  2. Rig laut (offshore-rig): beroperasi di atas permukaan air (laut, sungai, rawa-rawa, danau atau delta sungai).

Ada bermacam-macam offshore-rig yang digolongkan berdasarkan kedalaman air:

  1. Swamp barge: kedalaman air maksimal 7m saja. Sangat umum dipakai di daerah rawa-rawa atau delta sungai.
  2. Tender barge: mirip swamp barge tetapi di pakai di perairan yang lebih dalam.
  3. Jackup rig: platform yang dapat mengapung dan mempunyai tiga atau empat “kaki” yang dapat dinaik-turunkan. Untuk dapat dioperasikan, semua kakinya harus diturunkan sampai menginjak dasar laut. Terus badan rig akan diangkat sampai di atas permukaan air sehingga bentuknya menjadi semacam platform tetap. Untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, semua kakinya haruslah dinaikan terlebih dahulu sehingga badan rig mengapung di atas permukaan air. Lalu rig ini ditarik menggunakan beberapa kapal tarik ke lokasi yang dituju. Kedalaman operasi rig jackup adalah dari 5m sampai 200m.
  4. Drilling jacket: platform struktur baja, umumnya berukuran kecil dan cocok dipakai di laut tenang dan dangkal. Sering dikombinasikan dengan rig jackup atau tender barge.
  5. Semi-submersible rig: sering hanya disebut “semis” merupakan rig jenis mengapung. Rig ini “diikat” ke dasar laut menggunakan tali mooring dan jangkar agar posisinya tetap di permukaan. Dengan menggunakan thruster, yaitu semacam baling-baling di sekelilingnya, rig semis mampu mengatur posisinya secara dinamis. Rig semis sering digunakan jika lautnya terlalu dalam untuk rig jackup. Karena karakternya yang sangat stabil, rig ini juga popular dipakai di daerah laut berombak besar dan bercuaca buruk.
  6. Drill ship: prinsipnya menaruh rig di atas sebuah kapal laut. Sangat cocok dipakai di daerah laut dalam. Posisi kapal dikontrol oleh sistem thruster berpengendali komputer. Dapat bergerak sendiri dan daya muatnya yang paling banyak membuatnya sering dipakai di daerah terpencil atau jauh dari darat.

Dari fungsinya, rig dapat digolongkan menjadi dua macam:

  1. Drilling rig: rig yang dipakai untuk membor sumur, baik sumur baru, cabang sumur baru maupun memperdalam sumur lama.
  2. Workover rig: fungsinya untuk melakukan sesuatu terhadap sumur yang telah ada, misalnya untuk perawatan, perbaikan, penutupan, dsb.

Sumber : http://www.teknikmetalurgiunjani.com

minyak_bumi1

Siklus Batuan

Dari hasil pengamatan terhadap jenis-jenis batuan disekitar kita, dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu (1) batuan beku, (2) batuan sedimen, dan (3) batuan malihan atau metamorfis. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli Geologi terhadap batuan, menyimpulkan bahwa antara ketiga kelompok tersebut terdapat hubungan yang erat satu dengan lainnya, dan batuan beku dianggap sebagai “nenek moyang” dari batuan lainnya. Dari sejarah pembentukan Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya seluruh bagian luar dari Bumi ini terdiri dari batuan beku. Dengan perjalanan waktu serta perubahan keadaan, maka terjadilah perubahan-perubahan yang disertai dengan pembentukan kelompok-kelompok batuan yang lainnya. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke kelompok lainnya, merupakan suatu siklus yang dinamakan “siklus batuan”.

Pada gambar berikut diperlihatkan bagaimana perjalanan siklus tersebut. Melalui siklus batuan ini, juga dapat dipahami proses-proses geologi yang bekerja dan mengubah kelompok batuan yang satu ke lainnya. Konsep siklua batuan ini merupakan landasan utama dari Geologi Fisik yang diutarakan oleh JAMES HUTTON. Dalam siklua tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung dibawah atau diatas permukaan Bumi melalui erupsi gunung berapi. Kelompok batuan beku tersebut, apabila kemudian tersingkap dipermukaan, maka ia akan bersentuhan dengan atmosfir dan hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya proses pelapukan.

Melalui proses ini batuan akan mengalami penghancuran. Selanjutnya, batuan yang telah dihancurkan ini akan dipindahkan\digerakkan dari tempatnya terkumpul oleh gayaberat, air yang mengalir diatas dan dibawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang dipantai dan gletser dipegunungan-pegunungan yang tinggi. Media pengangkut tersebut juga dikenal sebagai alat pengikis, yang dalam bekerjanya berupaya untuk meratakan permukaan Bumi. Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa fragmen-fragmen atau bahan yang larut, kemudian akan diendapkan ditempat-tempat tertentu sebagai sedimen.

Rock Cycle

Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat lepas, menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral dalam larutan, dan kemudian disebut batuan sedimen. Apabila terhadap batuan sedimen ini terjadi peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat dari penimbunan dan atau terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, maka batuan sedimen tersebut akan mengalami ubahan untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, dan terbentuk batuan malihan atau batuan metamorfis. Apabila batuan metamorfis ini masih mengalami peningkatan tekanan dan suhu, maka ia akan kembali leleh dan berubah menjadi magma.

Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat dari proses metamorfosa pada batuan yang sudah ada karena perubahan temperatur(T), tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan. Batuan metamorf diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas atas dasar derajat metamorfosanya, yaitu:

  • Batuan metamorfosa derajat rendah;
  • Batuan metamorfosa derjat menengah, dan
  • Batuan metamorf derajat tinggi.

Penamaan Batuan Metamorf

Penamaan batuan metamorf didasarkan atas tekstur, struktur dan komposisi mineral yang menyusun batuan tersebut. Adapun tekstur batuan metamorf terdiri dari: Bentuk butir granoblatik (terdiri dari mineral-mineral granular), lepidoblastik (terdiri dari mineral-mineral pipih), dan nematoblastik (terdiri dari mineral-mineral orthorombik), sedangkan teksturnya ada foliasi, dan non foliasi.

Tekstur foliasi (tekstur batuan metamorf yang memperlihatkan adanya orientasi dari mineralnya). Struktur batuan metamorf dapat terdiri dari struktur schistose (struktur batuan metamorf yang memperlihatkan perselingan orientasi mineral pipih dan mineral granular / nematoblastik), gneistose (struktur batuan metamorf yang memperlihatkan hubungan dari orientasi mineral pipih dan mineral nematoblastik/granular yang saling berpotongan/tidak menerus), hornfelsic (struktur batuan metamorf yang hanya tidak memperlihatkan foliasi).

Derajat Metamorfosa

Derajat metamorfosa adalah suatu tingkatan metamorfosa yang didasarkan atas temperatur (T) atau tekanan (P) atau keduanya T dan P. Tabel dibawah ini adalah tingkatan batuan metamorfberdasarkan derajat metamorfosa:metamorf1

Tabel dibawah ini adalah nama-nama batuan metamorf, tekstur batuan, derajat metamorfosa, serta batuan asal.

metamorf2

metamorf

Magma dan Pembentukannya

MAGMA

Dalam siklus batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari proses pendinginan dan penghabluran lelehan batuan didalam Bumi yang disebut magma. Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada didalam Litosfir, yang terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung didalamnya, serta mengandung sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar sekitar 200 kilometer dibawah permukaan Bumi, terdiri terutama dari unsur-unsur yang kemudian membentuk mineral-mineral silikat.

Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya, akan berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfir hingga akhirnya mampu mencapai permukaan Bumi. Apabila magma keluar, melalui kegiatan gunung-berapi dan mengalir diatas permukaan Bumi, ia akan dinamakan lava. Magma ketika dalam perjalanannya naik menuju ke permukaan, dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih berada didalam litosfir dan membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan membeku ditempat, dimana ion-ion didalamnya akan mulai kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan membentuk batuan beku. Namun dalam proses pembekuan tersebut, tidak seluruh bagian dari lelehan itu akan menghablur pada saat yang sama. Ada beberapa jenis mineral yang terbentuk lebih awal pada suhu yang tinggi dibanding dengan lainnya.

Dalam gambar berikut diperlihatkan urutan penghabluran (pembentukan mineral) dalam proses pendinginan dan penghabluran lelehan silikat. Mineral-mineral yang mempunyai berat-jenis tinggi karena kandungan Fe dan Mg seperti olivine, piroksen, akan menghablur paling awal dalam keadaan suhu tinggi, dan kemudian disusul oleh amphibole dan biotite. Disebelah kanannya kelompok mineral felspar, akan diawali dengan jenis felspar calcium (Ca-Felspar) dan diikuti oleh felspar kalium (K-Felspar). Akibatnya pada suatu keadaan tertentu, kita akan mendapatkan suatu bentuk dimana hublur-hablur padat dikelilingi oleh lelehan.

magma

Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh derajat kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan yang lambat, hablur yang terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan ukuran yang besar-besar. Sebaliknya, apabila pendinginan itu berlangsung cepat, maka ion-ion didalamnya akan dengan segera menyusun diri dan membentuk hablur-hablur yang berukuran kecil-kecil, kadang berukuran mikroskopis. Bentuk pola susunan hablur-hablur mineral yang nampak pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur batuan.

Disamping derajat kecepatan pendinginan, susunan mineralogi dari magma serta kadar gas yang dikandungnya, juga turut menentukan dalam proses penghablurannya. Mengingat magma dalam aspek-aspek tersebut diatas sangat berbeda, maka batuan beku yang terbentuk juga sangat beragam dalam susunan mineralogi dan kenampakan fisiknya. Meskipun demikian, batuan beku tetap dapat dikelompokan berdasarkan cara-cara pembentukan seta susunan mineraloginya.

PROSES PEMBENTUKAN MAGMA

Magma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbenturan antara 2 (dua) lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam dan menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan yang berlangsung antara kedua lempeng litosfir tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan tekanan, ditambah dengan penambahan air berasal dari sedimen-sedimen samudra akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari litosfir (gambar berikut)

magma2

Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan menghasilkan magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar dari 55%). Magma yang bersusunan basa, adalah magma yang terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu didapat di daerah-daerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan pemisahan litosfir.

Berdasakan sifat kimiawinya, batuan beku dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu: (1) Kelompok batuan beku ultrabasa/ultramafic; (2) Kelompok batuan beku basa; (3) Kelompok batuan beku intermediate; dan (4) Kelompok batuan beku asam. Dengan demikian maka magma asal yang membentuk batuan batuan tersebut diatas dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu magma basa, magma intermediate, dan magma asam. Yang menjadi persoalan dari magma adalah :

1) Apakah benar bahwa magma terdiri dari 3 jenis (magma basa, intermediate, asam) ?

2) Apakah mungkin magma itu hanya ada satu jenis saja dan kalau mungkin bagaimana menjelaskan cara terbentuknya batuan-batuan yang komposisinya bersifat ultrabasa, basa, intermediate dan asam?

Berdasarkan pengelompokan batuan beku, maka pertanyaan pertama dapat dibenarkan dan masuk akal apabila magma terdiri dari 3 jenis, sedangkan pertanyaan kedua, apakah benar bahwa magma hanya ada satu jenis saja dan bagaimana caranya sehingga dapat membentuk batuan yang bersifat ultrabasa, basa, intermediate, dan asam?. Untuk menjawab pertanyaan ini, ada 2 cara untuk menjelaskan bagaimana batuan yang bersifat basa, intermediate, dan asam itu dapat terbentuk dari satu jenis magma saja? Jawabannya adalah melalui proses Diferensiasi Magma dan proses Asimilasi Magma.

Diferensiasi Magma adalah proses penurunan temperatur magma yang terjadi secara perlahan yang diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral seperti yang ditunjukkan dalam deret reaksi Bowen. Pada penurunan temperatur magma maka mineral yang pertama kali yang akan terbentuk adalah mineral Olivine, kemudian dilanjutkan dengan Pyroxene, Hornblende, Biotite (Deret tidak kontinu). Pada deret yang kontinu, pembentukan mineral dimulai dengan terbentuknya mineral Ca-Plagioclase dan diakhiri dengan pembentukan Na-Plagioclase. Pada penurunan temperatur selanjutnya akan terbentuk mineral K-Feldspar(Orthoclase), kemudian dilanjutkan oleh Muscovite dan diakhiri dengan terbentuknya mineral Kuarsa (Quartz). Proses pembentukan mineral akibat proses diferensiasi magma dikenal juga sebagai Mineral Pembentuk Batuan (Rock Forming Minerals).

Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam dapat terjadi melalui proses diferensiasi magma. Pada tahap awal penurunan temperatur magma, maka mineral-mineral yang akan terbentuk untuk pertama kalinya adalah Olivine, Pyroxene dan Ca-plagioklas dan sebagaimana diketahui bahwa mineral-mineral tersebut adalah merupakan mineral penyusun batuan ultra basa. Dengan terbentuknya mineral-mineral Olivine, pyroxene, dan Ca-Plagioklas maka konsentrasi larutan magma akan semakin bersifat basa hingga intermediate dan pada kondisi ini akan terbentuk mineral mineral Amphibol, Biotite dan Plagioklas yang intermediate (Labradorite – Andesine) yang merupakan mineral pembentuk batuan Gabro (basa) dan Diorite (intermediate). Dengan terbentuknya mineral-mineral tersebut diatas, maka sekarang konsentrasi magma menjadi semakin bersifat asam. Pada kondisi ini mulai terbentuk mineral-mineral K-Feldspar (Orthoclase), Na-Plagioklas (Albit), Muscovite, dan Kuarsa yang merupakan mineral-mineral penyusun batuan Granite dan Granodiorite (Proses diferensiasi magma ini dikenal dengan seri reaksi Bowen).

Asimilasi Magma adalah proses meleburnya batuan samping (migling) akibat naiknya magma ke arah permukaan dan proses ini dapat menyebabkan magma yang tadinya bersifat basa berubah menjadi asam karena komposisi batuan sampingnya lebih bersifat asam. Apabila magma asalnya bersifat asam sedangkan batuan sampingnya bersifat basa, maka batuan yang terbentuk umumnya dicirikan oleh adanya Xenolite (Xenolite adalah fragment batuan yang bersifat basa yang terdapat dalam batuan asam). Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam dapat juga terjadi apabila magma asal (magma basa) mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya.

Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos batuan samping yang berkomposisi asam maka akan terjadi asimilasi magma, dimana batuan samping akan melebur dengan larutan magma dan hal ini akan membuat konsentrasi magma menjadi bersifat intermediate hingga asam. Dengan demikian maka batuan-batuan yang berkomposisi mineral intermediate maupun asam dapat terbentuk dari magma basa yang mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya. Klasifikasi batuan beku dapat dilakukan berdasarkan kandungan mineralnya, kejadian / genesanya (plutonik, hypabisal, dan volkanik), komposisi kimia batuannya, dan indek warna batuannya. Untuk berbagai keperluan klasifikasi, biasanya kandungan mineral dipakai untuk mengklasifikasi batuan dan merupakan cara yang paling mudah dalam menjelaskan batuan beku. Berdasarkan kejadiannya (genesanya), batuan beku dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Batuan Volcanic adalah batuan beku yang terbentuk dipermukaan atau sangat dekat permukaan bumi dan umumnya berbutir sangat halus hingga gelas.
2) Batuan Hypabysal adalah batuan beku intrusive yang terbentuk dekat permukaan bumi dengan ciri umum bertekstur porphyritic.
3) Batuan Plutonic adalah batuan beku intrusive yang terbentuk jauh dibawah permukaan bumi dan umumnya bertekstur sedang hingga kasar.
4) Batuan Extrusive adalah batuan beku, bersifat fragmental atau sebaliknya dan terbentuk sebagai hasil erupsi ke permukaan bumi.
5) Batuan Intrusive adalah batuan beku yang terbentuk dibawah permukaan bumi.

PENAMAAN BATUAN

grafik3

Penamaan batuan beku ditentukan berdasarkan dari komposisi mineral-mineral utama (ditentukan berdasarkan persentase volumenya) dan apabila dalam penentuan komposisi mineralnya sulit ditentukan secara pasti, maka analisis kimia dapat dilakukan untuk memastikan komposisinya. Yang dimaksud dengan klasifikasi batuan beku disini adalah semua batuan beku yang terbentuk seperti yang diuraikan diatas (volkanik, plutonik, extrusive, dan intrusive). Dan batuan beku ini mungkin terbentuk oleh proses magmatik, metamorfosa, atau kristalisasi metasomatism.

Penamaan batuan beku didasarkan atas Tekstur Batuan dan Komposisi Mineral. Tekstur batuan beku adalah hubungan antar mineral dan derajat kristalisasinya. Tekstur batuan beku terdiri dari 3 jenis (gambar bsamping), yaitu Aphanitics (bertekstur halus), Porphyritics (bertekstur halus dan kasar), dan Phanerics (bertekstur kasar). Pada batuan beku kita mengenal derajat kristalisasi batuan: Holohyaline (seluruhnya terdiri dari mineral amorf/gelas)), holocrystalline (seluruhnya terdiri dari kristal), dan hypocrystalline (sebagian teridiri dari amorf dan sebagian kristal). Sedangkan bentuk mineral/butir dalam batuan beku dikenal dengan bentuk mineral: Anhedral, Euhedral, dan Glass/amorf.

Komposisi mineral utama batuan adalah mineral penyusun batuan (Rock forming Mineral) dari Bowen series, dapat terdiri dari satu atau lebih mineral. Komposisi mineral dalam batuan beku dapat terdiri dari mineral primer (mineral yang terbentuk pada saat pembentukan batuan / bersamaan pembekuan magma) dan mineral sekunder (mineral yang terbentuk setelah pembentukan batuan).

Dalam Tabel berikut diperlihatkan jenis batuan beku Intrusif dan batuan beku Ekstrusif dan batuan Ultramafik beserta komposisi mineral utama dan mineral sedikit yang menyusun pada setiap jenis batuannya.

tabel1

Beberapa contoh batuan beku

beku




Igneous Rock

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

STRUKTUR BATUAN BEKU
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku

1. Struktur batuan beku ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.
d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran

2. Struktur Batuan Beku Intrusif

intrusif1Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya.
b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer
Diskordan

Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
a. Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil

TEKSTUR BATUAN BEKU

Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur yang berbeda.

Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil. Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan :

1. Tingkat kristalisasi
a) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal
b) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
c) Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas

2. Ukuran butir
a) Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral yang berukuran kasar.
b) Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral berukuran halus.

3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

batuan-beku

4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya
a) Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)
b) Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan subhedral.
c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang berbentuk anhedral.

5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya
a) Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama
b) Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama


KLASIFIKASI BATUAN BEKU

Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kimia, tekstur, dan mineraloginya.

a. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas :

1. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.
2. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari permukaan bumi
3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.

b. Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:

1. Leucocratic rock, kandungan mineral mafic <> 90%

c. Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2-nya batuan beku diklasifikasikan menjadi empat yaitu:

1. Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit, Ryolit.
2. Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%. Contohnya Diorit, Andesit
3. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya Gabbro, Basalt
4. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 <>


PENGELOMPOKAN BATUAN BEKU

grafik

Untuk membedakan berbagai jenis batuan beku yang terdapat di Bumi, dilakukan berbagai cara pengelompokan terhadap batuan beku (gambar). Pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi. Dan yang sering digunakan adalah yang didasarkan kepada tekstur dipadukan dengan susunan mineral, dimana keduanya dapat dilihat dengan kasat mata.

Pada gambar disamping diperlihatkan pengelompokan batuan beku dalam bagan, berdasarkan susunan mineralogi. Gabro adalah batuan beku dalam dimana sebagian besar mineral-mineralnya adalah olivine dan piroksin. Sedangkan Felsparnya terdiri dari felspar plagioklas Ca. Teksturnya kasar atau phanerik, karena mempunyai waktu pendinginan yang cukup lama didalam litosfir. Kalau dia membeku lebih cepat karena mencapai permukaan bumi, maka batuan beku yang terjadi adalah basalt dengan tekstur halus. Jadi Gabro dan Basalt keduanya mempunyai susunan mineral yang sama, tetapi teksturnya berbeda. Demikian pula dengan Granit dan Rhyolit, atau Diorit dan Andesit. Granit dan Diorit mempunyai tekstur yang kasar, sedangkan Rhyolit dan Andesit, halus. Basalt dan Andesit adalah batuan beku yang banyak dikeluarkan gunung-berapi, sebagai hasil pembekuan lava.

grafik2

Para ahli teknik Sipil akan sangat tertarik untuk mempelajari batuan, disamping fungsinya sebagai bahan bangunan, juga karena perannya sebagai batuan dasar atau pondasi. Karena itu kepada mereka dianjurkan untuk dapat mengenal beberapa jenis batuan beku yang utama di lapangan. Untuk memperoleh data tentang sifat batuan yang diperlukan oleh para ahli Teknik Sipil, umumnya dilakukan pengujian lapangan dan studi petrografi (mikroskopis). Data tersebut diperlukan dalam kaitannya untuk penambangan, konstruksi bawah permukaan atau untuk menentukan cara-cara membuat bukaan.

Batuan beku juga dapat dikelompokan berdasarkan bentuk-bentuknya didalam kerak Bumi. Pada saat magma menerobos litosfir dalam perjalanannya menuju permukaan Bumi, ia dapat menempati tempatnya didalam kerak dengan cara memotong struktur batuan yang telah ada, atau mengikuti arah dari struktur batuan. Yang memotong struktur disebut bentuk-bentuk diskordan, sedangkan yang mengikuti struktur disebut konkordan.